Rabu, 18 Desember 2013

Women on top (Pencinta Alam Mahasiswa Olahrga) PAMOR







Kami wanita, kami bisa melangkah melewatinya.
“Se-mangat, se-mangat, se-mangat,  kuaaat kuaaat” teriakan para srikandi PAMOR pada salah satu atau lebih dari kami. Teriakan yang membuat semangat ketika langkah mulai goyah, ketika keringat sudah banyak mengalir, ketika mental mulai tergoda.
Women On Top, nama dari kegiatan pendakian marathon Triple S (Slamet, Sumbing dan Sindoro) dalam waktu tiga hari. Hal yang menarik dalam ekspedisi kali ini adalah pendakian marathon dilakukan oleh empat wanita anggota PAMOR. Berawal dari pembicaraan ketika sedang berkumpul hingga menjadi sebuah kebanggaan untuk PAMOR. Women On Top di ketuai oleh seorang wanita yang juga sebagai pendaki, dan dilegkapi dengan tim manajemen yang mengatur segala perlengkapan dan waktu pada saat di lapangan. Hari ke hari, minggu beranjak ke bulan, bulan ke bulan untuk persiapan dan kerja keras demi terlaksananya ekspedisi ini. Penyebaran proposal, rapat kegiatan, pencarian dana dengan berbagai cara hingga menjual nasi kotak dengan sepotong ayam berkeliling kampus demi mensukseskan pendakian marathon yang dilakukan oleh wanita dan pertama kali dilakukan oleh PAMOR.
Hari ke 28 di bulan juni tahun 2013, hari dimana kegiatan kami akan di mulai, perjuangan demi membuat bangga Organisasi dan orang-orang tercinta. Tepatnya di halaman gedung Bumi Siliwangi dengan pemandangan taman Bareti akan dilaksanak upacara pembukaan yang dihadiri oleh mapala-mapala sebandung raya dan pihak lembaga UPI. Upacara pembukaan berlangsung dengan hikmat dan dimeriahkan dengan melepaskan beberapa balon ke udara. Selesai upacara kami langsung bersiap untuk  langsung melakukan perjalan menuju Purwokerto ke daerah Bambangan yang merupakan lokasi Gunung Slamet Gunung pertama yang akan kami daki. Selama kegiatan ini kami menggunakan alat transportasi yang banyaj orang menyebutnya elf, angkutan umum bermuatan kurang lebih 16 orang, namun saat itu yang melakukan perjalanan ada 14 orang. Perjalanan menuju purwokerto cukup panjang, lama dan melelahkan.

29-06-‘13
Pendakian batu merah
Slamet, gunung pertama yang akan menguji kami untuk menaklukan ego dalam diri agar bisa ke puncak tertinggi gunung tertinggi di Jawa Tengah. Persiapan pendakian dimulai pada pukul 03.00 dini hari, dingin dan gelap yang terasa namun rasa semangat sembari memasukan perbekalan selama pendakian ke dalam tas-tas yang telah di siapkan. Pendakian dimulai pada pukul 04.00 setelah persiapan perbekalan dan persiapan fisik, sebelum memulai perjalanan kami berunding untuk memilih leader, sweeper dan penulis survey sheet. Saat itu saya terpilih menjadi leader dalam pendakian kali ini, lalu iveh menjadi sweeper dan tasya menjadi pencatat survey sheet. Pendakian dimulai, hari masih gelap dan dingin kehangatan hanya tercipta dari senyum dan tawa dari kami. Langkah demi langkah menuju tanah merah, menuju tempat yang masih rimbun dengan pepohonan, dan di kelilingi udara segar yang masih jarang terjamah. Kata-kata semangat selama perjalanan tak pernah hilang, uluran tangan membantu yang sudah merasa lelah. Slamet memiliki 9 pos pendakian, dan kami melewati pos-pos tersebut dengan lancar dan dalam waktu yang cukup cepat hingga tak terasa kami hampir sampai di pos 7, kami berniat untuk istirahat cukup lama di pos 7 karena jarak dari pos 7 ke puncak tidak terlalu jauh. Di pos 7 kami bertemu dengan pendaki dari Lampung, sempat berkenalan dan bercerita sekilas tentang perjalanan kami. Setelah merasa waktu untuk istirahat sudah cukup, kami memutuskan untuk memulai kembali perjalanan menuju batu merah dan berakhir di puncak Slamet. Perjalanan di batu merah sangat menguras tenaga dan mental, langkah terasa sangat berat ketika mulai menapaki kaki di atas batu-batu merah itu. Mental kami hampir runtuh, namun melihat puncak yang mulai terlihat dan ucapan semangat yang tak pernah pudar memusnahkan rasa cape dan ingin segera sampai di puncak. “Sebentar lagi, ayo semangat kawan” puncak sudah terlihat, beberapa langkah lagi kami akan berdiri disana, di atas awan, di tempat tertinggi di Jawa Tengah. Hingga akhirnya kami sampai, air mata hampir terjatuh, bahagia, terharu, bangga, campur aduk yang terasa. Setelah mengucapkan PAMOR PAMOR PAMOR dan berpelukan kami bergegas untuk mengambil gambar dengan segala atribut dari sponsor dan untuk eksis ‘hehehe’. Waktu pendakian menuju puncak Slamet yaitu 5 jam, waktu yang cukup mengejutkan kami dan tim manajemen, karena alokasi waktu yang ditemtukan adalah 8jam perjalanan. Tidak lama kami beraktivitas di puncak, kami langsung menuju kembali ke basecamp pendakian karena kami akan segera pergi ke daerah pendakian gunung Sumbing. Perjalanan turun salah satu teman kami mengalami cedera lutut, walaupun cedera lutut yang menimpa dia tetap berjalan dengan sekuat tenaga dan tanpa terlihat lelah sehingga perjalanan turun menuju basecamp cukup berjalan dengan lancar.
Sesampainya kami di basecamp pendakian di sambut dengan tim basecamp yang sudah menanti kedatangan kami dan menyambut dengan penuh bangga. Kami langsung bergegas membersihkan tubuh dan packing untuk melakukan perjalanan menuju basecamp pendakian gunung Sumbing. Perjalanan menuju basecamp Sumbing dari basecamp Slamet selama 6 jam perjalanan, saat perjalanan tersebut kami beristirahat untuk menyiapkan diri dalam pendakian selanjutnya.

30-06-‘13
Perjalanan yang terasa panjang
Perjalanan dari basecamp slamet menuju basecamp sumbing begitu tak terasa, karena begitu nyenyak kami tertidur di mobil. Nyenyak sekali setelah beberapa jam mendaki gunung slamet. Kamipun tiba sekitar pukul 01:20 di basecamp Sumbing dan meneruskan kembali istirahat. Tim manajemen membangunkan kami dari tidur, memberitahu bahwa pendakian gunung Sumbing akan segera dimulai. Bubur kacang hangat langsung disantap dengan nikmatnya, setelah menyantap bubur kacang hangat kami langsung bersiap packing perbekalan perjalanan dan persiapan fisik. Seperti biasa, sebelum memulai pendakian akan di pilih leader, sweeper dan pencatat survey sheet. Kali ini aku terpilih menjadi sweeper, iveh menjadi leader dan tasya kembali menjadi pencatat survey sheet. Pukul 05:00 matahari mulai memunculkan wujudnya dan kami akan memulai langkah pertama menuju puncak Sumbing. Seperti sebelumnya, pendakian di penuhi dengan canda tawa dan penuh semangat. Namun sindoro menguji mental kami, perjalanan berbatu, terbuka dan panjang. Perjalanan seakan tiada akhir dan teris menanjak.
Bebatuan tidak kunjung habis, masih saja panjang dan menatap kedepan tidak ada puncak terlihat. Lelah, kami cukup lelah, Sumbing menguji kami dalam mengalahkan rasa ego dalam diri, mangalahkan rasa ingin berhenti melangkah. Setiap langkah yang menempel pada bebatuan menuju puncaknya kami rasakan, sampai ada titik terang ketika melihat puncak Sumbing yang menjulang tinggi. Semakin tinggi semakin dekat dengan puncak maka semakkin jelas pula kami melihat Gunung Sindoro di seberang sana. Akhirnya beberapa langkah menuju puncak, semangat karena gunung kedua hampir sampai. Pada akhirnya kaki ini melangkah dan sampai pada puncak Sumbing setelah perjalanan yang sangat menguras tenaga. Aktivitas di puncak masih sama, istirahat dan mengambil photo bersama dengan atribut sponsor. Tidak lama kami berada di puncak Sumbing, setelah menyantap perbekalan kami bersiap-siap untuk turun.

01-06-‘13
Sampai Titik Darah Penghabisan
Terkadang aku merasa waktu yang diberikan tuhan untuk memejamkan mata dan bermimpi hanya sedikit. Baru saja merasakan lelapnya tidur sudah ada  yang mengingatkan untuk siap-siap pendakian.Ini merupakan Gunung terakhir yang akan di daki di ekspedisi ini, namun rasanya susah sekali tumbuhkan rasa semangat. Aku sudah merasakan hal yang tidak nyaman dengan tubuhku, diantara kita berempat yang belum datang bulan hanya aku dan sepertinya tamu bulanan itu akan datang hari ini.
Tepat pukul 02:00 WIB dini hari kami bersiap-siap, dari pembekalan pendakian, ganti pakaian, packing dan makan berat. Makan berat terasa berat saat itu, dini hari harus makan nasi sangat sulit bagiku pribadi ditambah dengan keadaan perut yang sudah tidak bisa diajak kerjasama. Makan berat selesai, packing selesai, headlamp sudah terpasang, tidak ada yang tertinggal, tinggal siap-siap untuk pemanasan. Pemanasan yang dingin, cuaca pagi itu cukup membekukan diri, namun dengan tekad yang kuat untuk memberikan yang terbaik dalam ekspedisi dan ini merupakan Gunung terkahir sehingga kami berusaha untuk melepas diri dari rasa malas.
Pukul 04:00 WIB pagi kami memulai pendakian dari basecamp Sindoro di antar dengan mobil sewaan karena kami tetap tinggal di basecamp Gunung Sumbing, Gunung Sindoro yang akan kami daki ini bersebrangan dengan Gunung Sumbing tapi dua tempat yang bersebrangan tersebut memiliki karakter penduduk yang sangat berbeda. Jalur Gunung Sindoro tidak sesulit Gunung Sumbing, pendakian dimulai dengan jalan berbatu yang panjang lalu memasuki daerah perkebunan warga dan ketika matahari sudah mulai terbit tepat kami tiba di pos tiga. Di pos tiga kami bisa melihat Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu yang sangat indah dan menggoda untuk didaki. Kami sedikit mengambil potret selagi ada kesempatan dan moment yang tepat. Dalam perjalanan, aku pribadi merasakan kesulitan sendiri, merasakan dingin dan menahan sakit perut karena akan datang bulan itu sangat menyulitkan diri. Disamping itu tidak enak dengan teman satu tim karena pendakian ini berapcu pada waktu. Dengan kelelahan kami terus melangkah, langkah demi langkah untuk menuju puncak sampai titik darah penghabisan. Pak Aris terlihat jauh di depan dan berteriak kalau kita akan istirahat disana, di sebuah batu besar yang terlihat seperti puncak namun ternyata hanya puncak bohong. Di tempat istirahat pertama aku sudah merasakan tamu bulanan itu datang dan ternyata benar datang disaat yang tidak tepat. Dengan rasa sakit perut dan support dari tim, kami terus melanjutkan perjalanan menuju puncak terakhir di ekspedisi ini. Perjalanan menuju puncak terasa sangat panjang dan membosankan, seringkali kami diberi puncak bayangan, seringkali kami diberi bayangan akan akhir dari Gunung ini dan membuat kami merasa sangat lelah. Lagi-lagi Pak Aris sudah berada jauh di depan, dan sepertinya kali ini dia berada di tempat tertinggi di Gunung Sindoro. Semangat muali terpacu kembali, langkah demi lengkah lebih cepat, senyum mulai terlihat hingga kaki sampai menginjak tempat tertinggi disini. Saling memeluk, merangkul dan berteriak meluapkan segala perasaan bersama. Kami berempat berhasil mendaki tiga Gunung di Jawa Tengah dengan ketinggian di atas 3000mdpl. Sangat bangga dengan kerja tim yang melakukan segalanya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Tidak lama sampai puncak kami bergegas untuk  mengabadikannya lewat kamera yang di bawa Rulli, di mulai dengan memakai baju Women On Top dan Bannernya, lalu bendera PAMOR dan FPOK dan terakhir dengan segala perlengkapan yang di sponsori oleh Eiger. Setelah itu kami tidak lama berada di puncak, bergegas untuk menuruni Gunung Sindoro bertemu tim di basecamp yang sudah menanti kami dan selalu mendoakan demi kelancaran dalam setiap pendakian. Kaki sudah lelah dan mungkin akan berteriak jika bisa, kali ini di pimpin oleh iveh dan aku sebagai sweaper. Ini benar-bnar perjalanan yang sangat melelahkan namun penuh tawa, canda dan penuh musik. Kami tetap menjaga semangat, perlahan kami langkahkan kaki yang sudah mulai linu, terkadang kami menyeretkan kaki, terkadangan kami harus berjalan membelakangi jalur demi mengantisipasi linunya lutut kami. Tak ada yang tertinggal, tak ada yang acuh, kami saling merasakan, saling peduli. Bebatuan besar dan beban yang dibawa membuat kaki terasa linu menapak. Ingin rasanya cepat sampai dan minum segelas teh manis hangat. Banyak sekali cerita lucu dalam perjalanan kali ini, ari yang konyol hingga cerita tak masuk akal. Sudah disisa-sisa energi kami memasuki pemukiman warga dan hampir sampai di basecamp Sindoro dengan mobil yang sudah menjemput kami. Dari kajauhan sudah terlihat Pak Dicky menyambut kami dengan senyuman bangga, kami terus berjalan, terus melangkah menahan rasa sakit di kaki. Kami sampai di basecamp Sindoro, kami berhasil menyelesaikan misi kami, misi Organisasi.ingin menangis melihat teman-teman di basecamp. Mobil mulai melaju menuju basecamp Sumbing disana sudah menunggu tim basecamp dengan penuh rasa bangga dan senang melihat kami sampai dengan keadaan selamat. Pendakian dalam ekspedisi ini berhasil, kami semua selamat. Kami bangga dengan tim. Rasa bangga mengalahkan lelah kami, ingin secepatnya kami memberitahu orang-orang terkasih bahwa kami telah berhasil dalam misi ini.

02-07-‘13
Kami sudah berada di Bandung, dan akan dilaksanakan penyambutan dan upacara penutupan ekspedisi WOMEN ON TOP. Pukul 19:00 WIB di sekretariat PAMOR sudah mulai hangat dengan tamu undangan dan anggota PAMOR. Upacara penutupan berjalan dengan hikmat, aku hampir meneteskan air mata karena bahagia dan bangga atas apa yang telah kami lakukan. Ucapan selamat dari mereka yang datang sangat menghangatkan suasana malam itu dan di meriahkan dengan band reagge. 

‘d.natalika.

Share :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar